Rabu, 04 April 2012

Kisah Inspiratif Islami ~ Muhammad al-Fatih

Muhammad Al Fatih lahir pada 29 Maret 1432 M di Adrianapolis. Merupakan panglima dan raja Islam yang hebat. Dalam hadits di atas bahwa Muhammad Al-Fatih oleh Rasulullah dikatakan adalah sebaik-baik raja dan sebaik-baik tentara. Muhammad Al-Fatih merupakan panglima perang yang membebaskan Konstantinopel.

Muhammad Al-Fatih kemudian menjadi raja di Konstantinopel pada umur 19 tahun dan memerintah selama 30 tahun (1451-1481). Muhammad Al-Fatih wafat pada 3 Mei 1481, karena sakit. Dia merupakan seorang negarawan dan panglima perang yang ulung di segani baik lawan maupun kawan.

Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepimpinannya serta taktik dan strategi dalam peperangannya dia dikatakan mendahului pada zamannya dan kaedah dalam memilih pasukannya. Dia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq. Selain pandai dalam taktik perang Muhammad Al-Fatih merupakan cendekiawan muslim yang pandai dalam ilmu sains, matematika dan tujuh bahasa (Bahasa Arab, Latin, Greek, Serbia, Turki, Parsi dan Hebrew) saat berumur 21 tahun.

Muhammad al_fatih merupakan orang pertama mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhan). Kini nama tersebut di ganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk mengenang jasanya di bangunlah masjid yang di beri nama Masjid Al-Fatih di dekat makamnya.

Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil Muhammad Al-Fatih didik secara masif oleh beberapa ulama terkemuka oleh ayahnya, di antaranya adalah Asy-Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani Asy-Syeikh Al-Kurani dan Syekh Syamsuddin.

Dalam menaklukkan Konstantinopel Muhammad Al-Fatih tidak secara gegabah melancarkan serangan. Akan tetapi, dia melalui proses yang sangat teliti. Karena para pendahulunya dalam penaklukan Konstantinopel selalu mengalami kegagalan. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H di zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khalifah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Akhirnya pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M, Muhammad Al-Fatih dan bala pasukannya menyerang Konstantinopel. Dia terlebih dahulu mengumandangkan kalimat takbir dan berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an serta hadits Nabi tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini dilakukan agar pasukannya mempunyai semangat yang tinggi dan disambut oleh pasukannya dengan dzikir, puji-pujian, dan doa kepada Allah.

Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Byzantium di sana. Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan langit-langit dan dinding bangunan Konstantinopel runtuh seketika. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.

Pada penyerangan di Konstantinopel selama 53 hari, pasukan Muhammad Al-Fatih mengalami kebosanan. Sehingga dia berkata “Wahai tentaraku, aku bersedia untuk mati di jalan Allah. Lalu siapa yang mau syahid ikutlah aku”

Mendengar ucapan Muhammad Al-Fatih Hasan Ulube salah seorang tentaranya melompat masuk ke barisan musuh dengan membawa bendera Islam. Lalu mereka gugur sebagai syuhada bersamaan dengan anak panah yang menancap di tubuhnya.

Setelah Konstantinopel di kuasai oleh umat Islam di bawah kepemimpinan Muhammad Al-Fatih. Ada suasana yang menarik di waktu pertama kali menunaikan shalat Jum’at, timbul pertanyaan di benak kaum muslimin dan benak Muhammad Al-Fatih. Kemudian Muhammad Al-Fatih berdiri lalu berucap “Siapa di antara kita sejak baligh sampai sekarang pernah meninggalkan shalat fardu, walaupun sekali saja?” tidak seorang yang duduk, karena para tentaranya tidak seorang pun yang meninggalkan shalat fardu.

Muhammad Al-Fatih bertanya lagi, “Siapa di antara kita sejak baligh sampai sekarang meninggalkan shalat sunnah rawatib silahkan duduk?” sebagian daripada tentaranya duduk.

Kemudian Muhammad Al-Fatih bertanya lagi, “Siapa di antara kamu sejak baligh sampai sekarang pernah meninggalkan shalat tahajjud walaupun satu kali saja?”. Kali ini semua tentaranya duduk, kecuali Muhammad Al-Fatih sendiri. Sehingga yang menjadi Imam shalat Jum’at pertama kali di Konstantinopel adalah Muhammad Al-Fatih.

Dalam sejarah di katakan bahwa Muhammad Al-Fatih sejak akil baligh tidak pernah meninggalkan shalat fardu, shalat sunnah rawatib dan shalat tahajjud. Inilah panglima perang sekaligus pemimpin pemerintahan yang patut ditiru dan di teladani, sesuai dengan isyarat Rasulullah dalam haditsnya Muhammad Al-Fatih merupakan sebaik-baik raja dan bala tentaranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi yang mau komentar silahkan ketik di kolom