Minggu, 13 Mei 2012

KEONG EMAS

Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja
mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi Galuh dan Candra
Kirana yang cantik dan baik. Candra Kirana sudah
ditunangkan dengan putra mahkota Kerajaan Kahuripan
yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana.
Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya
Dewi Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra Kirana sudah ditunangkan
dengan putra mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan
bijaksana.
Tapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Galuh Ajeng sangat iri pada Candra kirana,
karena Galuh Ajeng menaruh hati pada Raden Inu kemudian Galuh Ajeng menemui nenek
sihir untuk mengutuk Candra Kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga Candra Kirana
diusir dari Istana. Ketika Candra Kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihirpun muncul
dan menyihirnya menjadi keong emas dan membuangnya ke laut. Tapi sihirnya akan hilang
bila keong emas berjumpa dengan tunangannya.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala,
dan keong emas terangkut. Keong Emas dibawanya pulang
dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan
lagi di laut tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia
sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia masakan
yang enak-enak. Si nenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani
kejadian serupa, keesokan paginya nenek pura-pura ke laut
ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas
berubah menjadi gadis cantik dan langsung memasak,
kemudian nenek menegurnya "siapa gerangan kamu putri
yang cantik ?" "Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir
menjadi keong emas oleh saudaraku karena ia iri  kepadak
u" kata keong emas, kemudian Candra Kirana berubah kembali menjadi keong emas. Nenek
itu tertegun melihatnya.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana
menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek
sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden
Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati kaget sekali melihat burung gagak yang bisa
berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan
menurutinya padahal Raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu
bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan.
Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik. Ia menolong Raden Inu dari burung gagak
itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan
burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu
dimana Candra Kirana berada, disuruhnya Raden itu pergi
ke desa Dadapan. Setelah berjalan berhari-hari
sampailah ia ke desa Dadapan. Ia menghampiri sebuah
gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena
perbekalannya sudah habis.
Tapi ternyata ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat tunangannya sedang
memasak. Akhirnya sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada
saat itu muncul nenek pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden
Inu pada nenek. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya ke istana, dan Candra
Kirana menceritakan perbuatan Galuh Ajeng pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman
yang setimpal. Karena takut, Galuh Ajeng melarikan diri ke hutan, kemudian ia terperosok
dan jatuh ke dalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu
Kertapatipun berlangsung. Mereka memboyong nenek Dadapan yang baik hati itu ke istana
dan mereka hidup bahagia.

LUTUNG KASARUNG

Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya
sebagai pengganti. "Aku sudah terlalu tua, saatnya aku
turun tahta," kata Prabu Tapa. Purbasari memiliki kakak
yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya
diangkat menggantikan Ayah mereka. "Aku putri Sulung,
seharusnya ayahanda memilih aku sebagai
penggantinya," gerutu Purbararang pada tunanga
nnya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya
mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai
Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit
Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir
adiknya tersebut. "Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !"
ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di
hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk
Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, "Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan
berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri". "Terima kasih paman", ujar
Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu
hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara
hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang
misterius. Tetapi kera tersebut yang paling
perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu
menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan
bunga-bunga yang indah serta buah-buahan bersama
teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat
yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan
bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung
merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung
obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari
dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. "Apa
manfaatnya bagiku ?", pikir Purbasari. Tapi ia mau
menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya.
Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih
seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari
sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin di
telaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama
tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan
adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali
seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu
panjang rambut. "Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !", kata
Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni
kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
"Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku",
kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan
kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung
melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-
bahak, "Jadi monyet itu tunanganmu ?".
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi.
Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung
berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah
sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut
melihat kejadian itu seraya bersorak gembira.
Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan
kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada
adiknya dan memoho
n untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu
akhirnya mereka semua kembali ke Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang
ternyata selama ini selalu mendampinginya di hutan dalam wujud seekor lutung.

KARANG BOLONG

Beberapa abad yang lalu tersebutlah Kesultanan
Kartasura. Kesultanan sedang dilanda kesedihan yang
mendalam karena permaisuri tercinta sedang sakit keras.
Pangeran sudah berkali-kali memanggil tabib untuk
mengobati sang permaisuri, tapi tak satupun yang dapat
mengobati penyakitnya. Sehingga hari demi hari, tubuh
sang permaisuri menjadi kurus kering seperti tulang
terbalutkan kulit. Kecemas
an melanda rakyat kesultanan Kartasura. Roda pemerintahan menjadi tidak berjalan
sebagaimana mestinya. "Hamba sarankan agar Tuanku mencari tempat yang sepi untuk
memohon kepada Sang Maha Agung agar mendapat petunjuk guna kesembuhan
permaisuri," kata penasehat istana.
Tidak berapa lama, Pangeran Kartasura melaksanakan tapanya. Godaan-godaan yang
dialaminya dapat dilaluinya. Hingga pada suatu malam terdengar suara gaib. "Hentikanlah
semedimu. Ambillah bunga karang di Pantai Selatan, dengan bunga karang itulah,
permaisuri akan sembuh." Kemudian, Pangeran Kartasura segera pulang ke istana dan
menanyakan hal suara gaib tersebut pada penasehatnya. "Pantai selatan itu sangat luas.
Namun hamba yakin tempat yang dimaksud suara gaib itu adalah wilayah Karang Bolong, di
sana banyak terdapat gua karang yang di dalamnya tumbuh bunga karang," kata penasehat
istana dengan yakin.
Keesokannya, Pangeran Kartasura menugaskan Adipati Surti
untuk mengambil bunga karang tersebut. Adipati Surti
memilih dua orang pengiring setianya yang bernama Sanglar
dan Sanglur. Setelah beberapa hari berjalan, akhirnya
mereka tiba di karang bolong. Di dalamnya terdapat sebuah
gua. Adipati Surti segera melakukan tapanya di dalam gua
tersebut. Setelah beberapa hari, Adipati Surti mendengar  suara
seseorang. "Hentikan semedimu. Aku akan mengabulkan permintaanmu, tapi harus kau
penuhi dahulu persyaratanku." Adipati Surti membuka matanya, dan melihat seorang
gadis cantik seperti Dewi dari kahyangan di hadapannya. Sang gadis cantik tersebut
bernama Suryawati. Ia adalah abdi Nyi Loro Kidul yang menguasai Laut Selatan.
Syarat yang diajukan Suryawati, Adipati harus bersedia menetap di Pantai Selatan
bersama Suryawati. Setelah lama berpikir, Adipati Surti
menyanggupi syarat Suryawati. Tak lama setelah itu,
Suryawati mengulurkan tangannya, mengajak Adipati Surti
untuk menunjukkan tempat bunga karang. Ketika menerima
uluran tangan Suryawati, Adipati Surti merasa raga halusnya
saja yang terbang mengikuti Suryawati, sedang raga
kasarnya tetap pada posisinya bersemedi. "Itulah
bunga karang yang dapat menyembuhkan Permaisuri," kata Suryawati seraya menunjuk pada sarang burung walet. Jika diolah, akan menjadi ramuan yang luar biasa khasiatnya.
Adipati Surti segera mengambil sarang burung walet cukup banyak. Setelah itu, ia
kembali ke tempat bersemedi. Raga halusnya kembali masuk ke raga kasarnya.
Setelah mendapatkan bunga karang, Adipati Surti mengajak kedua pengiringnya kembali
ke Kartasura. Pangeran Kartasura sangat gembira atas keberhasilan Adipati Surti. "Cepat
buatkan ramuan obatnya," perintah Pangeran Kartasura pada pada abdinya. Ternyata,
setelah beberapa hari meminum ramuan sarang burung walet, Permaisuri menjadi sehat
dan segar seperti sedia kala. Suasana Kesultanan Kartasura menjadi ceria kembali. Di
tengah kegembiraan tersebut, Adipati Surti teringat janjinya pada Suryawati. Ia tidak
mau mengingkari janji.
Ia pun mohon diri pada Pangeran Kartasura dengan alasan
untuk menjaga dan mendiami karang bolong yang di
dalamnya banyak sarang burung walet. Kepergian Adipati
Surti diiringi isak tangis para abdi istana, karena Adipati
Surti adalah seorang yang baik dan rendah hati. Adipati
Surti mengajak kedua pengiringnya untuk pergi
bersamanya. Setelah berpikir beberapa saat, Sanglar dan
Sanglur memutuskan untuk ikut bersama Adipati Surti.
Setibanya di Karang Bolong, mereka membuat sebuah rumah sederhana. Setelah selesai,
Adipati Surti bersemedi. Tidak berapa lama, ia memisahkan raga halus dari raga
kasarnya. "Aku kembali untuk memenuhi janjiku," kata Adipati Surti, setelah melihat Suryawati berada di hadapannya. Kemudian, Adipati Surti dan Suryawati melangsungkan pernikahan mereka. Mereka hidup bahagia di Karang Bolong. Di sana mereka mendapatkan
penghasilan yang tinggi dari hasil sarang burung walet yang semakin hari semakin banyak
dicari orang.

SI DAYANG BANDIR

Dahulu di propinsi Sumatera Utara terdapat dua kerajaan. Kerajaan itu dikenal dengan
nama Kerajaan Timur dan Kerajaan Barat. Pada suatu ketika, raja yang berkuasa di
Kerajaan Timur menikah dengan adik perempuan dari raja yang berkuasa di Kerajaan
Barat. Beberapa tahun kemudian lahir seorang bayi perempuan yang diberi nama Si
Dayang Bandir, tujuh tahun kemudian lahir seorang anak laki-laki yang bernama Sandean
Raja. Ketika masih kecil, ayah Si Dayang Bandir dan Sandean Raja meninggal dunia.
Dengan meninggalnya raja di Kerajaan Timur, maka tahta Kerajaan Timur menjadi kosong.
Berhubung Sandean Raja masih kecil dan belum bisa menggantikan kedudukan ayahnya
sebagai raja, maka dalam sidang istana kerajaan menunjuk Paman Kareang untuk
mengendalikan pemerintahan kerajaan.
Si Dayang Bandir mempunyai akal untuk menyelamatkan
benda-benda pusaka agar jangan sampai jatuh ke tangan
pamannya yang hanya menggantikan pemerintahan
sementara. Hmm.. benda-benda pusaka ini harus
kuselamatkan agar jangan sampai jatuh di tangan pamanku,
kelak adik Sandean Raja lah yang berhak atas benda-benda
pusaka ini, gumam Si Dayang Bandir.
Tidak berapa lama, Paman Kareang mengetahui benda-benda pusaka peninggalan raja
telah disimpan Si Dayang Bandir. Ia mendesak Si Dayang Bandir agar menyerahkan
benda-benda itu. Awas! Kalau benda-benda itu tidak diserahkan padaku, keselamatan mu akan terancam! Itulah ancaman Paman Kareang kepada Si Dayang Bandir. Namun Si
Dayang Bandir tetap tidak mau menyerahkan benda-benda pusaka itu.
Kekesalan Paman Kareang menyebabkan Si Dayang Bandir
dan Sandean Raja dibuang ke hutan. Sesampainya di hutan,
Paman Kareang mengikat Si Dayang Bandir di atas sebatang
pohon sehingga tidak dapat dijangkau adiknya, Sandean
Raja. Sandean Raja menangis tak henti-henti sampai
kehabisan air mata. Sandean Raja mencoba membebaskan
kakaknya. Tapi ia tidak berhasil memanjat pohon tersebut,
setiap mencoba ia pun jatuh. Tubuhny
a menjadi tergores dan luka-luka. Biarlah kekejaman paman ini kutanggung sendiri, kata
Si Dayang Bandir lemah. Bila kau lapar, makanlah pucuk-pucuk daun yang berada di
sekitarmu, ucap Si Dayang Bandir, kepada adiknya yang kelaparan.
Setelah beberapa hari terikat di batang pohon, akhirnya Si Dayang Bandir tampak mulai
lemas dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Begitu kejam pamanku! umpat
Sandean Raja. Ia pun hidup seorang diri di hutan selama beberapa tahun hingga ia
menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Selama di hutan, ia selalu ditemani roh Si
Dayang Bandir. Ku harap kau segera menghadap Raja Sorma, bisik halus Roh Si Dayang
Bandir, kepada Sandean Raja. Raja Sorma adalah adik kandung dari Ibu Sandean Raja.
Raja Sorma tidak kejam seperti Paman Kareang yang saat ini sudah menjadi raja di
Kerajaan Timur.
Sandean Raja berhasil keluar dari hutan dan segera
menuju ke wilayah Kerajaan Barat untuk menghadap Raja Sorma. Ampun Sri Baginda Raja Sorma. Hamba adalah
Sandean Raja. Putra Mahkota Kerajaan Timur, kata
Sandean Raja. Raja Sorma sangat terkejut dengan ucapan
Sandean Raja karena ia mendengar bahwa Sandean Raja
dan Si Dayang Bandir telah meninggal dunia. Untuk
membuktikan bahwa Sandean Raja benar-benar
keponakannya, Sandean Raja diuji
memindahkan sebatang pohon hidup dari hutan ke Istana. Ujian selanjutnya, Sandean
Raja diharuskan menebas sebidang hutan untuk dijadikan perladangan. Pekerjaan itu
diselesaikan Sandean Raja dengan baik. Selanjutnya, Sandean Raja diperintahkan untuk
membangun istana besar yang disebut Rumah Bolon dan ternyata berhasil dan selesai
dalam waktu tiga hari.
Raja Sorma belum mau mengakui Sandean Raja sebagai keponakannya sebelum menempuh
ujian terakhir. Yaitu, menunjuk seorang puteri raja di antara puluhan gadis di sebuah
ruang yang gelap gulita. Sandean Raja merasa khawatir kalau ujian yang terakhir ini ia
tidak berhasil. Jangan khawatir, aku akan membantumu, bisik roh Si Dayang Bandir.
Akhirnya Sandean Raja berhasil memegang kepala puteri raja yang sedang bersimpuh.
Atas keberhasilannya, Sandean Raja diakui sebagai keponakan Raja Sorma dan dinikahkan
dengan puterinya.
Setahun kemudian, Sandean Raja bersama prajurit
Kerajaan Barat menyerang Kerajaan Timur yang dikuasai
oleh paman Raja Kareang. Dalam waktu yang tidak lama,
Kerajaan Timur berhasil ditaklukkan dan Raja Kareang
terbunuh oleh Sandean Raja. Kerajaan Timur akhirnya di
kuasai oleh Sandean Raja. Dan akhirnya Sandean Raja
dinobatkan menjadi raja Kerajaan Timur dan hidup bahagia
bersama istri dan rakyatnya.
HIKMAH :
Untuk membuktikan kebenaran diperlukan ujian yang keras. Hanya orang-orang yang
bersemangat, sabar dan besar hatilah yang dapat melewati ujian seberat apapun.

SANGKURIANG

Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang
puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi.
Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi
nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar
berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang,
anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu,
bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga
bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan.
Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana,
Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya.
Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar
cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala
Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya.
Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi
mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat
tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan
selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara,
Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana,
kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang
melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona
padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi
untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat
bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi
merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan
wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk
menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia
meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang
untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu
harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan
kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi
pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.
Begitu
pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar
kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur
kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya.
Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta
Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang
dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh
kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang
dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi
sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."

LORO JONGGRANG

Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan.
Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan
Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan
menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging.
Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung
Bondowoso.
Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. "Siapapun yang tidak
menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!", ujar Bandung Bondowoso pada
rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin.
Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Loro
Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. "Cantik nian putri itu. Aku ingin dia
menjadi permaisuriku," pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Loro Jonggrang.
"Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi
permaisuriku ?", Tanya Bandung Bondowoso kepada Loro
Jonggrang. Loro Jonggrang tersentak, mendengar
pertanyaan Bondowoso. "Laki-laki ini lancang sekali,
belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi
permaisurinya", ujar Loro Jongrang dalam hati. "Apa
yang harus aku lakukan ?". Loro
Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat
Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang
tidak suka dengan Bandung Bondowoso.
"Bagaimana, Loro Jonggrang ?" desak Bondowoso. Akhirnya Loro Jonggrang mendapatkan
ide. "Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya," Katanya. "Apa syaratnya?
Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?". "Bukan itu, tuanku, kata Loro
Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah. "Seribu buah?"
teriak Bondowoso.
"Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam."
Bandung Bondowoso menatap Loro Jonggrang, bibirnya
bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung
Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000
candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. "Saya
percaya tuanku bisa membuat candi tersebut dengan
bantuan Jin!", kata penasehat. "Ya, benar juga usulmu,
siapkan peralatan yang kubutuhkan!"
Setelah perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua
lengannya dibentangkan lebar-lebar. "Pasukan jin, Bantulah aku!" teriaknya dengan suara
menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin menderu-deru. Sesaat
kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso. "Apa yang harus kami lakukan Tuan ?", tanya pemimpin jin. "Bantu aku membangun seribu candi," pinta Bandung
Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana kemari, melaksanakan tugas masing-masing.
Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir mencapai seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Loro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas,
mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. "Wah, bagaimana ini?",
ujar Loro Jonggrang dalam hati. Ia mencari akal. Para
dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan
mengumpulkan jerami. "Cepat bakar semua jerami itu!"
perintah Loro Jonggrang. Sebagian dayang lainnya
disuruhnya menumbuk lesung. Dung... dung...dung! Semburat
warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk
pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru jin. "Kita
harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang lain. Para
jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat
heran melihat kepanikan pasukan jin.
Paginya, Bandung Bondowoso mengajak Loro Jonggrang ke tempat candi. "Candi yang kau
minta sudah berdiri!". Loro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu. Ternyata
jumlahnya hanya 999 buah!. "Jumlahnya kurang satu!" seru Loro Jonggrang. "Berarti tuan
telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan". Bandung Bondowoso terkejut mengetahui
kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. "Tidak mungkin...",
kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Loro Jonggrang.
"Kalau begitu kau saja yang melengkapinya!" katanya sambil
mengarahkan jarinya pada Loro Jonggrang. Ajaib! Loro
Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu. Sampai saat
ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah
Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Loro Jonggrang.

HANG TUAH

Alkisah, Di pantai barat Semenanjung Melayu, terdapat
sebuah kerajaan bernama Negeri Bintan. Waktu itu ada
seorang anak lakik-laki bernama Hang Tuah. Ia seorang
anak yang rajin dan pemberani serta sering membantu
orangtuanya mencari kayu di hutan. Hang Tuah mempunyai
empat orang kawan, yaitu Hang Jebat, Hang Lekir, Hang
Lekiu dan Hang Kesturi. Ketika
menginjak remaja, mereka bermain bersama ke laut. Mereka ingin menjadi pelaut yang
ulung dan bisa membawa kapal ke negeri-negeri yang jauh.
Suatu hari, mereka naik perahu sampai ke tengah
laut. Hei lihat, ada tiga buah kapal! seru Hang Tuah
kepada teman-temannya. Ketiga kapal itu masih
berada di kejauhan, sehingga mereka belum melihat
jelas tanda-tandanya. Ketiga kapal itu semakin
mendekat. Lihat bendera itu! Bendera kapal
perompak! Kita lawan mereka sampai titik darah
penghabisan! teriak Hang Kesturi. Kapal perompak
semakin mendekati perahu Hang Tuah dan teman-
temannya. Ayo kita
cari pulau untuk mendarat. Di daratan kita lebih leluasa bertempur! kata Hang Tuah mengatur siasat. Sesampainya di darat Hang Tuah mengatur siasat. Pertempuran antara
Hang Tuah dan teman-temannya melawan perompak berlangsung sengit. Hang Tuah
menyerang kepala perompak yang berbadan tinggi besar dengan keris pusakanya. Hai anak
kecil, menyerahlah. Ayo letakkan pisau dapurmu! Mendengar kata-kata tersebut Hang
Tuah sangat tersinggung. Lalu ia melompat dengan gesit dan menikam sang kepala
perompak. Kepala perompak pun langsung tewas. Dalam waktu singkat Hang Tuah dan
teman-temannya berhasil melumpuhkan kawanan perompak. Mereka berhasil menawan 5
orang perompak. Beberapa perompak berhasil meloloskan diri dengan kapalnya.
Kemudian Hang Tuah dan teman-temannya menghadap
Sultan Bintan sambil membawa tawanan mereka. Karena
keberanian dan kemampuannya, Hang Tuah dan teman-
temannya diberi pangkat dalam laskar kerajaan. Beberapa
tahun kemudian, Hang Tuah diangkat menjadi pimpinan
armada laut. Sejak menjadi pimpinan armada laut, negeri
Bintan menjadi kokoh dan makmur. Tidak ada negeri yang
berani menyerang negeri Bintan.
Beberapa waktu kemudian, Sultan Bintan ingin mempersunting puteri Majapahit di Pulau
Jawa. Aku ingin disiapkan armada untuk perjalanan ke Majapahit, kata Sultan kepada
Hang Tuah. Hang Tuah segera membentuk sebuah armada tangguh. Setelah semuanya
siap, Sultan dan rombongannya segera naik ke kapal menuju ke kota Tuban yang dahulunya
merupakan pelabuhan utama milik Majapahit. Perjalanan tidak menemui hambatan sama
sekali. Pesta perkawinan Sultan berlangsung dengan meriah dan aman.
Setelah selesai perhelatan perkawinan, Sultan Bintan dan permaisurinya kembali ke
Malaka. Hang Tuah diangkat menjadi Laksamana. Ia memimpin armada seluruh kerajaan.
Tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena para perwira istana menjadi iri hati. Para
perwira istana menghasut Sultan. Mereka mengatakan bahwa Hang Tuah hanya bisa
berfoya-foya, bergelimang dalam kemewahan dan menghamburkan uang negara. Akhirnya
Sultan termakan hasutan mereka. Hang Tuah dan Hang Jebat di berhentikan. Bahkan
para perwira istana mengadu domba Hang Tuah dan Hang Jebat. Mereka menuduh Hang
Jebat akan memberontak. Hang Tuah terkejut mendengar berita tersebut. Ia lalu mendatangi Hang Jebat dan mencoba menasehatinya. Tetapi rupanya siasat adu domba
oleh para perwira kerajaan berhasil. Hang Jebat dan Hang Tuah bertengkar dan akhirnya
berkelahi. Naas bagi Hang Jebat. Ia tewas ditangan Hang Tuah. Hang Tuah sangat
menyesal. Tapi bagi Sultan, Hang Tuah dianggap pahlawan karena berhasil membunuh
seorang pemberontak. Kau kuangkat kembali menjadi laksamana, kata Sultan pada Hang
Tuah. Sejak saat itu Hang Tuah kembali memimpin armada laut kerajaan.
Suatu hari, Hang Tuah mendapatkan tugas ke negeri India untuk membangun
persahabatan antara Negeri Bintan dan India. Hang Tuah di uji kesaktiannya oleh Raja
India untuk menaklukkan kuda liar. Ujian itu berhasil dilalui Hang Tuah. Raja India dan
para perwiranya sangat kagum. Setelah pulang dari India, Hang Tuah menerima tugas ke
Cina. Kaisarnya bernama Khan. Dalam kerajaan itu tak seorang pun boleh memandang
langsung muka sang kaisar.
Ketika di jamu makan malam oleh Kaisar, Hang Tuah minta
disediakan sayur kangkung. Ia duduk di depan Kaisar
Khan. Pada waktu makan, Hang Tuah mendongak untuk
memasukkan sayur kangkung ke mulutnya. Dengan
demikian ia dapat melihat wajah kaisar. Para perwira
kaisar marah dan hendak menangkap Hang Tuah, namun
Kiasar Khan mencegahnya karena ia sangat kagum dengan
kecerdikan Hang Tuah.
Beberapa tugas kenegaraan lainnya berhasil dilaksanakan
dengan baik oleh Hang Tuah. Hingga pada suatu saat ia
mendapat tugas menghadang armada dari barat yang
dipimpin seorang admiral yang bernama D Almeida.
Armada ini sangat kuat. Hang Tuah dan pasukannya
segera menghadang. Pertempuran sengit segera terjadi.
Saat itulah Hang Tuah gugur membela tanah airnya. Ia
tewas tertembus peluru sang admiral.
Sejak saat itu, nama Hang Tuah menjadi terkenal sebagai pelaut ulung, laksamana yang
gagah berani dan menjadi pahlawan di Indonesia dan di Malaysia. Sebagai bentuk
penghormatan, salah satu dari kapal perang Indonesia diberi nama KRI Hang Tuah.
Semoga nama itu membawa "tuah" yang artinya adalah berkah.
HIKMAH :
Semua warga negara Indonesia boleh mencontoh jiwa dan semangat kepahlawanan
Hang Tuah yang gagah berani, tangkas, cerdik dan pantang menyerah.

SUNGAI JODOH

Pada suatu masa di pedalaman pulau Batam, ada sebuah desa yang didiami seorang gadis
yatim piatu bernama Mah Bongsu. Ia menjadi pembantu rumah tangga dari seorang
majikan bernama Mak Piah. Mak Piah mempunyai seorang putri bernama Siti
Mayang. Pada suatu hari, Mah Bongsu mencuci pakaian
majikannya di sebuah sungai. Ular! teriak Mah Bongsu
ketakutan ketika melihat seekor ulat mendekat. Ternyata
ular itu tidak ganas, ia berenang ke sana ke mari sambil
menunjukkan luka di punggungnya. Mah Bongsu
memberanikan diri mengambil ular yang kesakitan itu dan
membawanya pulang ke rumah.
Mah Bongsu merawat ular tersebut hingga sembuh. Tubuh ular tersebut menjadi sehat
dan bertambah besar. Kulit luarnya mengelupas sedikit demi sedikit. Mah Bongsu
memungut kulit ular yang terkelupas itu, kemudian dibakarnya. Ajaib, setiap Mah Bongsu
membakar kulit ular, timbul asap besar. Jika asap mengarah ke Negeri Singapura, maka
tiba-tiba terdapat tumpukan emas berlian dan uang. Jika asapnya mengarah ke negeri
Jepang, mengalirlah berbagai alat elektronik buatan Jepang. Dan bila asapnya mengarah
ke kota Bandar Lampung, datang berkodi-kodi kain tapis Lampung. Dalam tempo dua, tiga
bulan, Mah Bongsu menjadi kaya raya jauh melebihi Mak Piah Majikannya.
Kekayaan Mah Bongsu membuat orang bertanya-tanya. Pasti Mah Bongsu memelihara
tuyul, kata Mak Piah. Pak Buntal pun menggarisbawahi pernyataan istrinya itu. Bukan
memelihara tuyul! Tetapi ia telah mencuri hartaku! Banyak orang menjadi penasaran dan
berusaha menyelidiki asal usul harta Mah Bongsu. Untuk menyelidiki asal usul harta Mah
Bongsu ternyata tidak mudah. Beberapa dari orang dusun yang penasaran telah
menyelidiki berhari-hari namun tidak dapat menemukan rahasianya.
Yang penting sekarang ini, kita tidak dirugikan, kata Mak
Ungkai kepada tetangganya. Bahkan Mak Ungkai dan para
tetangganya mengucapkan terima kasih kepada Mah
Bongsu, sebab Mah Bongsu selalu memberi bantuan
mencukupi kehidupan mereka sehari-hari. Selain mereka,
Mah Bongsu juga membantu para anak yatim piatu, orang
yang sakit dan orang lain yang memang membutuhkan
bantuan. Mah Bongsu seorang yang dermawati, sebut
mereka.
Mak Piah dan Siti Mayang, anak gadisnya merasa tersaingi. Hampir setiap malam mereka
mengintip ke rumah Mah Bongsu. Wah, ada ular sebesar betis? gumam Mak Piah. Dari
kulitnya yang terkelupas dan dibakar bisa mendatangkan harta karun? gumamnya lagi.
Hmm, kalau begitu aku juga akan mencari ular sebesar itu, ujar Mak Piah.
Mak Piah pun berjalan ke hutan mencari seekor ular. Tak
lama, ia pun mendapatkan seekor ular berbisa. Dari ular
berbisa ini pasti akan mendatangkan harta karun lebih
banyak daripada yang didapat oleh Mah Bongsu, pikir Mak
Piah. Ular itu lalu di bawa pulang. Malam harinya ular
berbisa itu ditidurkan bersama Siti Mayang. Saya takut!
Ular melilit dan menggigitku! teriak Siti Mayang
ketakutan. Anakku, jangan takut.  Bertaha
nlah, ular itu akan mendatangkan harta karun, ucap Mak Piah.
Sementara itu, luka ular milik Mah Bongsu sudah sembuh. Mah Bongsu semakin
menyayangi ularnya. Saat Mah Bongsu menghidangkan makanan dan minuman untuk
ularnya, ia tiba-tiba terkejut. Jangan terkejut. Malam ini antarkan aku ke sungai, tempat
pertemuan kita dulu, kata ular yang ternyata pandai berbicara seperti manusia. Mah Bongsu mengantar ular itu ke sungai. Sesampainya di sungai, ular mengutarakan isi
hatinya. Mah Bongsu, Aku ingin membalas budi yang setimpal dengan yang telah kau
berikan padaku, ungkap ular itu. Aku ingin melamarmu untuk menjadi istriku, lanjutnya.
Mah Bongsu semakin terkejut, ia tidak bisa menjawab sepatah katapun. Bahkan ia menjadi
bingung.
Ular segera menanggalkan kulitnya dan seketika itu juga
berubah wujud menjadi seorang pemuda yang tampan dan
gagah perkasa. Kulit ular sakti itu pun berubah wujud
menjadi sebuah gedung yang megah yang terletak di
halaman depan pondok Mah bongsu. Selanjutnya tempat itu
diberi nama desa Tiban asal dari kata ketiban, yang artinya
kejatuhan keberuntungan atau mendapat kebahagiaan.
Akhirnya, Mah Bongsu melangsungkan pernikahan dengan
pemuda tampan tersebut. Pesta pun dilangsungkan tiga
hari tiga malam. Berbagai macam hiburan ditampilkan.
Tamu yang datang tiada henti-hentinya memberikan
ucapan selamat.
Dibalik kebahagian Mah Bongsu, keadaan keluarga Mak Piah yang tamak dan loba sedang
dirundung duka, karena Siti Mayang, anak gadisnya meninggal dipatuk ular berbisa.
Konon, sungai pertemuan Mah Bongsu dengan ular sakti yang berubah wujud menjadi
pemuda tampan itu dipercaya sebagai tempat jodoh. Sehingga sungai itu disebut Sungai
Jodoh.
HIKMAH :
Sikap tamak, serakah akan mengakibatkan kerugian pada diri sendiri. Sedang sikap
menerima apa adanya, mau menghargai orang lain dan rela berkorban demi sesama
yang membutuhkan, akan berbuah kebahagiaan.

MALIN KUNDANG

Pada suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di
pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga tersebut terdiri
dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama
Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga yang
memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari
nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang
luas.
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua
bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung
halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan
memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung
batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya
dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting
tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di
negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah
menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal
dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju
dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang
akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati. Setelah mempersiapkan bekal dan
perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya.
"Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau
lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak", ujar Ibu Malin Kundang sambil
berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu
Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan, tiba-
tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan
para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar
awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin
Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika
peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh
kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya
terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju
ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang
menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan
keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang
yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih
dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis
untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah
menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin
Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah
berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi
ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke
kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya
melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah
disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang
banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui
anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke
pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang
berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang
sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang
beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya
melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia
dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama
tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera
melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga
terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja
mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada
ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya,
karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan
mengenakan baju compang-camping. "Wanita
itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura
mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang
sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya
yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau
benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin
bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang.
Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya
berbentuk menjadi sebuah batu karang.
HIKMAH :
Sebagai seorang anak, jangan pernah melupakan semua jasa orangtua terutama
kepada seorang Ibu yang telah mengandung dan membesarkan anaknya, apalagi jika
sampai menjadi seorang anak yang durhaka. Durhaka kepada orangtua merupakan
satu dosa besar yang nantinya akan ditanggung sendiri oleh anak.

Senin, 07 Mei 2012

Perempuan Yang Dicintai Suamiku


“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon suami) untuk menjaga istrinya…
Dan  motivasi  hebat  buat  para  istri  (dan  calon  istri)  untuk  tetap  mencintai  suaminya… 
Kehidupan  pernikahan  kami  awalnya  baik2  saja  menurutku.  Meskipun  menjelang
pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti
apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi
ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi, kemudian mengantar anak
kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja,
itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir,
memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan
berdua diluar pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik
sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang
beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di kamar, atau main dengan anak2 kami,  dia  jarang  sekali  tertawa  lepas.  Karena  dia  sangat  pendiam,  aku  menyangka  dia
memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun
pernikahan kami. Sampai suatu ketika, di suatu hari  yang terik, saat itu suamiku tergolek
sakit di rumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di
rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya.
Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan
diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata
yang  begitu  cantik  seperti  yang  dia  milii.  Matanya  bersinar  indah,  penuh  kehangatan  dan
penuh  cinta,  ketika  dia  berbicara,  seakan2  waktu  berhenti  berputar  dan  terpana  dengan
kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan
mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha
bercerita  Mario  sangat  pendiam,  sehingga  jarang  punya  teman  yang  akrab.  5  bulan  lalu
mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha
yang  bekerja  di  advertising  akhirnya  bertemu  dengan  Mario  yang  sedang  membuat  iklan
untuk perusahaan tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario,
setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih
dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering termenung di depan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku
tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku
sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga
mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini? tidak mau makan
juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya”, lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil
menyuapi  Mario,  tiba2  saja  sepiring  nasi  itu  sudah  habis  ditangannya.  Dan….aku  tidak
pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak
pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi
aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah
operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak
mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika
dia tidak pulang ke rumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa
sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis,
dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku.
Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan
ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku  tidak  pernah  bertanya,  apakah  suamiku  mencintai  perempuan  berhati  bidadari
itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku
pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting
ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya,
dan memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku
tidak  pernah  merasakan  jatuh  cinta  seperti  ini,  bahkan  pada  Rima.  Aku  mencintai  Rima
karena  kondisi  yang  mengharuskan  aku  mencintainya,  karena  dia  ibu  dari  anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada
perasaan  bergetar  seperti  ketika  aku  memandangmu,  tidak  ada  perasaan  rindu  yang  tidak
pernah  padam  ketika  aku  tidak  menjumpainya.  Aku  hanya  tidak  ingin  menyakiti
perasaannya. 
Ketika  konflik2  terjadi  saat  kami  pacaran  dulu,  aku  sebenarnya  kecewa,  tapi  aku
tidak  sanggup  mengatakan  padanya  bahwa  dia  bukanlah  perempuan  yang  aku  cari  untuk
mengisi  kekosongan  hatiku.  Hatiku  tetap  terasa  hampa,  meskipun  aku  menikahinya.
Aku  tidak  tahu,  bagaimana  caranya  menumbuhkan  cinta  untuknya,  seperti  ketika  cinta
untukmu  tumbuh  secara  alami,  seperti  pohon2  beringin  yang  tumbuh  kokoh  tanpa  pernah mendapat  siraman  dari  pemiliknya.  Seperti  pepohonan  di  hutan2  belantara  yang  tidak
pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain
dan  aku  adalah  laki2  yang  sangat  memegang  komitmen  pernikahan  kami.  Meskipun  hatiku
terasa  hampa,  itu  tidaklah  mengapa,  asal  aku  bisa  melihat  Rima  bahagia  dan  tertawa,  dia
bisa  mendapatkan  segala  yang  dia  inginkan  selama  aku  mampu.  Dia  boleh  mendapatkan
seluruh  hartaku  dan  tubuhku,  tapi  tidak  jiwaku  dan  cintaku,  yang  hanya  aku  berikan
untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau
mengerti, you are the only one in my heart.
yours,
Mario
Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7
tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.
Suamiku  tidak  pernah  mencintaiku.  Dia  tidak  pernah  bahagia  bersamaku.  Dia
mencintai  perempuan  lain.  Aku  mengumpulkan  kekuatanku.  Sejak  itu,  aku  menulis  surat
hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop, dan aku letakkan di lemari
bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya. 
Mobil  yang  dia  berikan  untukku  aku  kembalikan  padanya.  Aku  mengumpulkan
tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar
dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan
minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu
memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah
menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan
yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja,
bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada
dia  cuma  diam  dan  mengangguk  dan  melamarku  lalu  menikahiku.  Betapa  malangnya
nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia
mencintai  perempuan  itu  terus  di  dalam  hatinya.  Dengan  pura2  tidak  tahu,  aku  sudah
membuatnya  bahagia  dengan  mencintai  perempuan  itu.  Kebahagiaan  Mario  adalah
kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman itu
masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
“Mario,  suamiku….Aku  tidak  pernah  menyangka  pertemuan  kita  saat  aku  pertama
kali  bekerja  di  kantormu,  akan  membawaku  pada  cinta  sejatiku.  Aku  begitu  terpesona
padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah  tangan.  Aku  mencintaimu,  dan  begitu  posesif  ingin  memilikimu  seutuhnya.  Aku
sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa di atas
angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik
yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
sehingga mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika
aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya
menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, “kenapa, Rima? Kenapa kamu
mesti  cemburu?  dia  sudah  menikah,  dan  aku  sudah  memilihmu  menjadi  istriku?”
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang  aku  menyesal,  memintamu  melamarku.  Engkau  tidak  pernah  bahagia
bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang
sempurna yang engkau inginkan.
Istrimu, Rima”
Di surat yang lain,
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin
es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari
matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola
matamu saat memandang Meisha……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku  bersumpah,  akan  membuatmu  jatuh  cinta  padaku.
Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi
suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan
masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka
bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku
selalu  meneleponmu,  untuk  menanyakan  sudahkah  kekasih  hatiku  makan  siang  ini?  Aku
merawatmu  jika  engkau  sakit,  aku  tidak  kesal  saat  engkau  tidak  mau  aku  suapi,  aku
menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat,
karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan
menantinya……..”
Meisha  menghapus  air  mata  yang  terus  mengalir  dari  kedua  mata  indahnya… dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau
tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan
masak, masakan yang paling enak sedunia. Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku
hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu.
Engkau  memelukku,  dan  menyuruhku  segera  ganti  baju  supaya  tidak  sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun
kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2
cinta mulai bersemi dihatimu ?………”
Jelita menatap Meisha, dan bercerita, “Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari
jauh  aku  melihat  keceriaan  diwajah  mama,  dia  terus  melambai-lambaikan  tangannya
kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu,
dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.
Mama memarkir motornya di seberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil
itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar,
Tante….. aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……”. 
Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk
merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan
email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama  setahun  ini  aku  mulai  merasakan  Rima  berbeda,  dia  tidak  lagi  marah2  dan
selalu  berusaha  menyenangkan  hatiku.  Dan  tadi,  dia  pulang  dengan  tubuh  basah  kuyup
karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru menyadari betapa
beruntungnya  aku  memiliki  dia.  Hatiku  mulai  bergetar….  Inikah  tanda2  aku  mulai
mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok
aku  akan  memberikan  surprise  untuknya,  aku  akan  membelikan  mobil  mungil  untuknya,
supaya  dia  tidak  lagi  naik  motor  kemana-mana.  Bukan  karena  dia  ibu  dari  anak2ku,  tapi
karena dia belahan jiwaku….
Meisha  menatap  Mario  yang  tampak  semakin  ringkih,  yang  masih  terduduk
disamping  nisan  Rima.  Di  wajahnya  tampak  duka  yang  dalam.  Semuanya  telah  terjadi,
Mario……
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi
meninggalkan kita.………………………………………


Foto 4 x 6 di Saku Bajumu Nak…

Seperti hari-hari kemarin,Tetap saja ada perasaan sedih yang menghantui relung hati
Hamzah. Ayah berumur 29 tahun itu terlihat sering murung. Sedihnya Hamzah, bukan karena
persoalan besar, bukan juga permasalahan ekonomi keluarga. Namun, kesedihannya karena
satu  pertanyaan  yang  dilontarkan  pemateri  ketika  mengikuti  acara  Smart  Parenting.
”Bagaimana  caranya  untuk  mengetahui  kalo  anak  berumur  1-5  tahun  menyayangi  orang
tuannya” ? Ya, pertanyaan itulah yang manjadi beban pikiran dirinya saat ini. Meskipun juga
Hamzah  mengakui  kalo  dirinya  bukanlah  ayah  yang  baik.  Marah  adalah  hal  yang  wajar
terjadi.  Namun,  marah  ketika  terlihat  oleh  anak  berusia  2  tahun  adalah  perkara  yang
berbahaya untuk perkembangan emosionalnya. Dan Hamzah mengakui hal itu. Mulai hari itu
ia bertekad untuk menjadi ayah yang lebih baik lagi untuk anaknya.
Mulai saat itu, setiap hari Hamzah pulang kantor dengan tergesa-gesa. Sebab hanya
satu  tujuannya.  Bagaimana  mendapatkan  jawaban  dari  Ridwan  anaknya  !  Bermain  dan
bercengkerama  dengan  anaknya  lebih  lama  adalah  solusi  yang  tepat  untuk  mendapatkan
jawaban kata ”Iya”. Hari itu Hamzah membeli bola berukuran besar. Lebih besar dari ukuran
tubuh  Ridwan.  Mereka  bermain  lebih  lama.  Hamzah  rela  menjadi  penjaga  gawang  yang
berpura-pura  jatuh  ketika  menangkap  bola.  Dan  itu  terjadi  berulang-ulang  hingga
mengundang tawa Ridwan. Hingga mereka letih bermain. Hamzah mengajak Ridwan duduk
sebentar.  Hamzah  mengambikan  segelas  air  minum  yang  akan  diminum  berdua.  Pikiran
Hamzah, Ini saat yang tepat menanyakannya. ”Nak, Ridwan sayang sama abi ga ?” Kali ini
Ridwan  menatap  wajah  Hamzah.  Hamzah  menanti…..tiba-tiba  Ridwan  berkata  ”Abi,  ayo main bola lagi !…. Hamzah terdiam, mungkin pertanyaan itu ditanyakan ketika suasana tidak
tepat pikirnya.
Malam harinya, Hamzah membacakan buku ”Akhlaq Islami” kepada anaknya. Kali
ini  Hamzah  membacanya  dengan  sabar  dan  lebih  lama  dari  biasanya.  Malam  itu  9  buku
dibacanya  sampai  habis.  Hingga  ketika  anaknya  terlihat  mengantuk,  Hamzah  berinisiatif
untuk  menyeka  punggung  Ridwan.  Ketika  usapan  demi  usapan  dilakukannya,  terbesit
keingginan  untuk  menanyakan  kepada  anaknya  ”Nak,  Ridwan  sayang  ka  sama  abi?”…
Ridwan terdiam, ternyata Ridwan keburu tidur sebelum ditanya. Hmm….biarlah, mungkin ia
letih  bermain  tadi  siang.  Sambil  mengusap  punggung,  dipandanginya  wajah  anaknya.
Hamzah berkata di telingga anaknya. ”Nak, maafkan abi jika ternyata abi bukanlah ayah yang
baik untukmu. Hingga engkau sulit mengatakan kata ”Iya”. Tapi biarlah, abi akan berusaha
menjadi ayah yang baik”.
Malam pun berlalu, tanpa jawaban yang diimpikannya….
Sepulang shalat subuh, dompetnya berserakan! Ridwan ternyata telah bangun ketika
Hamzah  ke  masjid.  Foto  dan  tanda  pengenal  berceceran  kemana-mana.  Dengan  sabar
Hamzah mengambilnya dan memperbaikinya kembali. Hamzah berkata ke anaknya”Jangan
dibuka  dompet  abi  ya,  disini  banyak  tanda  pengenal  yang  penting.  Nanti  kalo  hilang
bagaimana ? ” Ridwan mengangguk tanda setuju. ”Oke! Ayo kita toss dulu” kata Hamzah.
Dan Ridwan pun mengangkat dan membuka jarinya untuk toss dan tersenyum.
”Ok  ummi,  ayo  berangkat”  kata  Hamzah.  Waktu  menunjukkan  pukul  06.50.
eh,ternyata Ridwan tak mau ganti baju. Bajunya yang dipake tidur tidak mau digantinya. Baju bermotif mobil traktor dengan saku di depan itu terlihat kumal. Tapi Ridwan tetap tak mau
ganti baju. Bahkan sampai menangis ketika bajunya mau dilepas. Karena takut terlambat ke
kantor, maka biarlah Ridwan tidak mandi dan tak mau ganti baju.
Sore itu, Hamzah pulang tak lagi tergesa-gesa. Toh Ridwan tak menunjukkan itikad
mengucapkan  kata-kata  ”Iya”  untuk  dirinya.  Maka  kali  ini  Hamzah  melakukan  aktifitas
seperti biasa. Menjemput Ridwan di rumah nenek yang ternyata memakai baju yang sama
dengan baju tadi pagi.  Kata nenek ”Ridwan ngak mau ganti baju, dia jingkar  ( Menangis
hebat ) kalo bajunya mau dilepas”
Malam  itu  Hamzah  tak  ingin  bermain  bola  bersama  anaknya.  Hamzah  menggiring
Ridwan  untuk  tidur  lebih  awal.  Maka  diiringilah  tidur  Ridwan  dengan  tilawah.Setelah
terlelap tidur. Hamzah meminta istrinya untuk mengganti baju Ridwan yang kumal karena
besok pagi giliran Hamzah yang mencuci baju.
Sepulang  shalat  subuh,  Ridwan  belum  bangun.  Tumpukan  baju  satu  persatu
dicucinya. Hingga tiba pada baju bermotif traktor Ridwan. Baju yang dipake seharian. Ketika
mencuci, Hamzah menemukan foto 4×6 dirinya di saku baju Ridwan…Dan hal itulah yang
membuat Ridwan tersenyum dan berkata dalam hati ”Tak usahlah engkau berkata ”Iya” Nak.
Abi sudah tahu jawabannya”……
Anak-anak Belajar Dari Kehidupannya
jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan toleransi ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dorongan ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan pujian ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan sebaik-baik perlakuan ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan rasa aman ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dukungan ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan kasih sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam
kehidupannya (dorothy law nolie)
“Bukan  termasuk  umatku  orang  yang  tidak  menghormati  yang  tua  dan  tidak
menyayangi yang kecil ,” kata Rasulullah saw.
Ibnu  Abbas  r.a.  berkata,  bahwa  Rasulullah  Saw.  bersabda:  “Ajarlah,  permudahlah
dan jangan persulit! Gembirakanlah dan jangan takut-takuti! Jika salah seorang dari kalian
marah hendaklah berdiam diri!” (H.R. Ahmad dan Bukhari)
Rasulullah Saw bersabda: ’Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena
mengurus  anak-anaknya,  kemudian  ia  berbuat  baik  kepada  mereka,  maka  anak-anaknya
akan  menjadi  penghalang  baginya  dari  siksa  neraka.  (HR  Bukhari,  Muslim,  dan  At
Turmudzi).

Seorang gadis kecil bernama Bar’ah (true story)

Ini adalah kisah gadis berumur 10 tahun bernama Bar`ah, yang orangtuanya dokter
dan telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Pada usia ini, Bar `ah menghafal seluruh Al Qur’an dengan tajweed, dia sangat cerdas
dan gurunya mengatakan bahwa dia sudah maju untuk anak seusianya. Keluarganya kecil dan
berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya … . hingga suatu hari ibunya mulai merasa
sakit  perut  yang  parah  dan  setelah  beberapa  kali  diperiksakan  diketahuilah  ibu  bar’ah
menderita kanker, dan kanker ini sudah dalam keadaan stadium akhir/kronis.
Ibu bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari
dan  tidak  menemukan  ibunya  di  sampingnya  …  dan  inilah  ucapan  ibu  bar’ah  kepadanya
“Bar`ah aku akan pergi ke surga di depan Anda, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-
Quran dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak.. “
Gadis  kecil  itu  tidak  benar-benar  mengerti  apa  yang  ibunya  berusaha  beritahukan,
Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan
ke  rumah  sakit  untuk  waktu  yang  lama.  Gadis  kecil  ini  menggunakan  waktu  sepulang
sekolahnya  untuk  menjenguk  ibunya  ke  rumah  sakit  dan  membaca  Quran  untuk  ibunya
sampai  malam  sampai  ayahnya  datang  dan  membawanya  pulang.
Suatu  hari  pihak  rumah  sakit  memberitahu  ayah  bar’ah  bahwa  kondisi  istrinya  itu  sangat
buruk dan ia perlu datang secepat dia bisa melalui telepon, sehingga ayah bar’ah menjemput
Bar `ah dari sekolah dan menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia memintanya untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal
dunia.
Ayah keluar dari mobilnya, dengan penuh air mata di matanya, ia menyeberang jalan
untuk masuk rumah sakit, tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak
ayah bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis
kecil ini pada saat itu…!
Tragedi  Bar  `ah  belum  selesai  sampai  di  sini…  berita  kematian  ayahnya  yang
disembunyikan dari ibu bar’ah yang masih opname di rumah sakit, namun setelah lima hari
semenjak kematian suaminya akhirnya ibu bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil
ini  sendirian  tanpa  kedua  orangtuanya  ,  dan  oleh  orangtua  teman-teman  sekolah  bar’ah
memutuskan untuk mencarikan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.
Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar `ah mulai mengalami nyeri mirip
dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu diperiksakan , dan setelah beberapa kali tes di
dapati  bar’ah  juga  mengidap  kanker  …  tapi  sungguh  mencengangkan  kala  ia  di  beritahu
kalau ia menderita kanker….inilah perkataan bar’ah kala itu: “Alhamdulillah, sekarang aku
akan bertemu dengan kedua orang tua saya.” 
Semua  teman-teman  dan  keluarga  terkejut.  Gadis  kecil  ini  sedang  menghadapi
musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah
Orang-orang mulai mendengar tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan
untuk mengurusnya … ia mengirimnya ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.
Salah satu saluran TV  Islam (Al Hafiz – The pelindung) mendapat kontak dengan
gadis kecil ini dan memintanya untuk membaca Quran … dan ini adalah suara yang indah
yang di lantunkan oleh bar’ah …
http://www.youtube.com/watch?v=NnNS9ID9Ecw
Link Bar’ah recited
Mereka  menghubungi  lagi  Bar’ah  sebelum  ia  pergi  ke  Coma(nama  kota)  dan  dia
berdoa untuk kedua orangtuanya dan menyanyikan Nasheed …
http://www.youtube.com/watch?v=yD5S-jtxFls
Link Bar’ah Nasheed
Hari-hari  terlewati  dan  kanker  mulai  menyebar  di  seluruh  tubuhnya,  para  dokter
memutuskan untuk mengamputasi kakinya, dan ia telah bersabar dengan apa yang ditetapkan
Allah  baginya  …  tapi  beberapa  hari  setelah  operasi  amputasi  kakinya  kanker  sekarang
menyebar ke otaknya, lalu oleh dokter memutuskan untuk melakukan operasi otak … dan
sekarang bar’ah berada di sebuah rumah sakit di Inggris menjalani perawatan
Silakan berdoa untuk Bar’ah, dan bagi saudara-saudara kita di seluruh dunia.
Video bar’ah lainnya .. .
http://www.youtube.com/watch?v=gkIO02s6Ywg
Link Bar’ah recited
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang
Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [Al Baqarah:45] 
Notes :
Translated and edited by Me
Notes ini aslinya sourcenya masih berbahasa inggris jadi saya minta maaf jika ada kata-kata
atau kalimat yang gak jelas N salah.

Selamat Jalan Khonsaa

Dedicated to Andara cintanaya Mother
Semoga Alloh memberikan kekuatan dan ketabahan menjalani ujian ini, semoga
kisah ini bisa menjadi ibrah/hikmah bagimu dan ibu-ibu lain yang mendapat ujian
serupa
“sebuah  curahan  hati  seorang  ibu  yang  baru  saja  kehilangan  putri  pertamanya.
Seorang ibu yang tiada mengenal lelah untuk mengkampanyekan ASI sebagai makanan

terbaik bagi buah hatinya.. Elona Melo T.A” Selasa, 17 Juli 2001, jam 10.10wib engkau
hadir di tengah kehidupan kami nak. Sempurnalah rasanya mama menjadi seorang wanita
dengan kelahiranmu. 
Engkau  kami  beri  nama  Khonsaa’  Al  Anshoriyah.  Khonsaa’  adalah  nama  seorang
sahabat Rosul wanita yg merelakan ke3 anaknya mati syahid di peperangan, hingga akhirnya
beliau pun ikut syahid.
Al  Anshoriyah,  kami  pilihkan  menjadi  nama  belakangmu  dg  harapan  engkau
termasuk ke dalam golongan orang-orang yg gemar menolong layaknya kaum anshor.
Dari balita, engkau sudah menjadi tempat mamamu curhat, entah engkau paham atau
tidak setiap ada kegundahan engkau bantu meringankannya dengan jalan mendengarkan nak.
Itulah sebabnya engkau menjadi salah satu Sahabat Terbaik mama. Kau tenangkan mama,
kau  hapus  air  mata  mama  setiap  mama  menangis  karena  rindu  dengan  almarhum  opamu.
Dengan lembut kau bisikan di telinga mama “jangan sedih ma”.. lalu engkaupun memeluk
mama.
Sebagai  anak  pertama,  engkau  menjadi  sekolah  sekaligus  guru  bagi  mama.
Bagaimana naluri keibuan mama terasah dengan keberadaanmu. Engkau mengajarkan pada
mama  bahwa  kesabaran  tidak  berbatas,  walau  sebagai  manusia  sering  sabar  itu  hilang.
Engkau ajarkan pada mama, bahwa kasih sayang, kehangatan dan kejujuran akan berakhir
dengan ketiganya pula. Kau ajarkan bahwa, ibu adalah guru pertama sekaligus terbaik bagi
anak-anaknya. Itu sebabnya papamu meminta mama untuk tetap di rumah menemani engkau
dan adik-adikmu..
Ketika  adik-adikmu  lahir,  di  usia  yg  masih  sangat  muda,  engkau  berubah  menjadi
sosok  kakak  yang  begitu  dewasa,  banyak  mengalah,  walau  kami  orangtuamu  tahu  hal  itu
berat engkau lakukan. Kami sering memberimu tanggung jawab “titip ade-ademu ya mba”
setiap mama dan papamu pergi, walau di rumah ada yang lain. Kau tunaikan amanah kami
dengan  memberi  laporan  singkat  jelas  dan  padat  apa  yg  terjadi  saat  mereka  ditinggal.
Apabila ada mainan atau bukumu yg dirusak oleh adikmu, yang kau lakukan hanya menangis
dan  mengadu  pada  mama,  dengan  harapan  mama  akan  memperbaikinya..itu  sering  kita
bersama.
Engkau buat kami bangga dengan keistiqomahanmu untuk mengenakan jilbab di usia
6  tahun,  walau  engkau  hanya  seorang  diri  yg  melakukannya  di  kelasmu.  Kau  butikan
kecerdasanmu dg hasil IQmu yg sangat jauh di atas rata-rata dan prestasimu sebagai juara
kelas. Ternyata, kebanggaan ini juga dirasakan oleh eyang mama dan eyang papa, oma dan bude  pakde  juga  om  kamu  nak.  Mama  sering  tidak  segan-segan  berkata  bahwa  “mama
banggamu nak”.
Al  Anshoriyah,  engkau  betul-betul  anak  yg  gemar  menolong.  Terbukti  dari  cerita
guru-gurumu  bahwa  engkau  tidak  segan-segan  menolong  temanmu  yg  kesulitan  dalam
belajar, walau resikonya ditegur oleh gurumu. Bahkan suatu waktu, nilaimu dikurangi karena
dengan  ikhlasnya  soal  ujian  temanmu  kau  kerjakan  dari  awal  hingga  selesai.  Ingat
nak..betapa marahnya mama ketika tahu kejadian itu, namun di sisi lain mama melihat sikap
rela berkorbanmu yg begitu tinggi.
Saat  kita  pindah,  dari  Jakarta  ke  Bandung,  engkau  terlihat  sedih  karena  harus
meninggalkan  sahabatmu,  namun  sekaligus  gembira  setelah  mendengarkan  cerita  mama
bahwa kelak kamu akan mendapat teman-teman baru dengan bahasa yg tidak biasa, Bahasa
Sunda.  Ingat  Khonsaa’  ketika  tanpa  engkau  sadari  caramu  dan  adikmu  berbicara  mulai
berubah  dan  menjadi  bahan  becandaan  sepupumu  di  jakarta…?  Itu  membuktikan  betapa
dirimu  mudah  bergaul  nak.  Mama  juga  bangga  padamu  ketika  seorang  wali  murid
menceritakan bahwa menurut anaknya, kamu adalah “the  coolest  girl in the class” karena
wawasanmu  yg  luas.  Dari  masalah  gadget,  pelajaran,  poppin  (satu  bentuk  tarian),  music,
buku-buku..begitu banyak yg kau ketahui nak. Engkau memang canggih nak..!
Saat  teman-teman  seusiamu  masih  belum  kenal  dunia  komputer  dan  online,  kamu
sudah  begitu  akrab  dengan  keduanya.  Niatmu  punya  Facebook  dan  akrab  dengan  dunia
online engkau ceritakan dalam rangka “jangan mau jadi gaptek”. Engkau buat blog pribadi
saat usiamu masih 7 tahun.
Padahal, yg engkau lakukan hanya mengamati papamu yg sedang asyik dengan pekerjaannya.
Sering sekali engkau cerita ke mama hasil browsingmu ke beberapa web hanya untuk 
membedakan “akar tunggal dan akar serabut”.
Kau buktikan, bahwa dunia online seharusnya memang digunakan untuk  hal-hal yang
bermanfaat..
Sebagai mama, banyak sekali kesalahan yg mama perbuat padamu nak, bahkan tidak
terhitung.. Kemarahan yang kadang melampau batas, ketidaksabaran yang sebenarnya masih
sangat bisa ditahan.
Ketika mama menangis menyesal bila memarahimu dan adikmu, yang kau ucapkan
hanya “nggak apa-apa ma”.
Ingat nak, ketika mama menyusui adik-adikmu engkau berada di dekat mama sambil engkau
bertanya “aku dulu nyusu juga ngga ma”. Seketika itu juga mama tidak mampu menahan tangis,
sembari berucap “itu salah satu kebodohan mama nak, maafkan mama krn mama tdk menyusuimu”.
Mama ceritakan alasannya bahwa luka yg ada tdk mampu mama tahan. Lagi-lagi engkau menghibur
mama dg berucap “nggak papa ma, yang penting sudah usaha”. 
Salah satu kesalahan mama terbesar padamu ialah tanggal 13 Desember 2009. Hanya
karena  keletihan  yang  sebenarnya  masih  bisa  mama  tahan,  mama  tidak  menemanimu  dan
adikmu yg pagi itu semangat sekali ingin berenang, dan memang itulah tujuan kita menginap
di hotel. Mama lebih milih berada di kamar hotel dan membiarkanmu beserta papa dan kedua
adikmu ke kolam renang yg ketika itu memang ramai. Mba Rahmi dan Mba Siti, yang selama
ini membantu mama mengurus rumah juga ikut menemani kalian. Padahal engkau pun belum
terlalu  mahir  berenang  nak,  mama  tahu  ketakutanmu  pada  air  yang  kau  coba  hilangkan
sedikit demi sedikit.
30  menit  kemudian  papamu  kembali  ke  kamar  hotel  dan,  tidak  lama  telpon  pun
berdering memberitahu bahwa engkau tenggelam…!!!
Bagai  tersambar  petir,  mama  dan  papa  langsung  menjerit  dan  lari  menuju  kolam,
namun engkau sudah dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Sekelebat terlintas rasa marah dan was-was silih berganti..
“Mana pool guard yang seharusnya menjaga kolam renang”.. hanya itu kalimat yang 
mama ucapkan seraya berlari ke arah kolam.
Mama  seorang  guru  renang  nak,  papamu  mahir  berenang.  Mama  bahkan  sering
bercerita  padamu  kejadian-kejadian  saat  mama  menolong  beberapa  orang  yang  hampir
tenggelam…
Tapi..
Dimana mama, saat anak mama tenggelam,
Mana guru renang yang mahir berenang 4 gaya, dengan murid tak terhitung  jumlahnya..??.
Mana  guru  renang  yg  berkali-kali  menolong  orang  yang  bisa  saja  nyawanya  melayang  d
kolam renang…??
Mana….??
Allohu akbar..dalam perjalanan menuju rumah sakit di kepala mama  yang ada hanya ras
sesal..
Inikah teguran atas kesombonganku ya Alloh?”
Sebegitu sombongkah aku hingga Engkau mengujiku seberat ini?
Dan…hari itu Alloh menunjukkan kuasaNya..
Mama menemuimu di ruang UGD ketika engkau telah terbujur kaku nak. Seketika itu
dunia terasa gelap, aliran darah seakan terhenti..melihat sesosok tubuh tertutup kain putih…
Ya Alloh..Ya Robbi..Ya Rohman..Ya Rohim, inilah saatnya Engkau ambil titipanmu 
yg pernah Kau tanamkan dalam rahimku.
Dunia seakan berhenti berputar..rasanya tidak percaya hingga mama lihat tanda lahir
di lengan kirimu, bekas luka kecil cacar di hidungmu, tahi lalat di telingamu dan sekujur
badanmu yg mama hafal bentuknya satu persatu karena kamu anak mama..
Mama segera memeluk jasadmu nak, tanpa berpikir lagi apakah engkau dengar atau
tidak,  hanya  kata  maaf  yg  mampu  mama  ucapkan  di  telingamu.  Dada  ini  terasa  sesak
menahan sebuah beban yg terasa seperti sebuah gunung yang sangat besar.
Sambil memandikan jenazahmu, mama bisikkan di telingamu bahwa, mama buktikan
kalau mama kuat menerima kepergianmu. Demi mengharap ridho Alloh Azza Wajalla, mama
tahan air mata dan rasa marah yang sebenarnya lebih mudah bila diledakkan saat itu juga.
Demi meyakini akan syahidnya seseorang yang wafat karena tenggelam, mama tahan
emosi mama nak..
Demi meyakini, bahwa engkau akan menjadi hijab api neraka bagi orang tuamu yang
kotor ini, mama tahan dorongan ingin menjerit sekeras-kerasnya.
Engkau penuhi janjimu nak..
Al Anshoriyah, Engkau gemar menolong saat masih hidup. Dan, engkau tolong kami
dengan kepergianmu.
Banyak sekali janji mama padamu nak, hadiah sepeda BMX bila engkau juara kelas
lagi, jalan-jalan ke dufan dan menaiki semua wahana karena kini engkau sudah tinggi, latihan
renang intensif selama liburan nanti…, bermain hujan bertiga adikmu, menyambangi sahabat-
sahabat dan guru-gurumu di Jakarta..namun, semua itu tinggal janji…
Engkau tunaikan janjimu…tapi pada siapa mama tunaikan janji-janji mama nak..?
Cita-cita  kami  orang  tuamu  ingin  merawat  dan  mendidikmu  hingga  dewasa,
digantikan dengan sebuah cita-cita mulia yg tak mampu kami ucapkan, mengharapkan kita
semua bisa bertemu maut dengan kesyahidan. Kau tunaikan itu semua nak..
Maafkan mamamu nak, yang tidak berada di dekatmu saat-saat terakhir hidupmu.
Walau pedih, mama bersyukur karena telah dipercaya oleh Alloh menerima amanah
seorang gadis kecil yang sangat special di mata setiap orang yang mengenalnya.
Janji  mama  terakhir  kalinya  padamu  anakku,  mama  akan  kuat  melepasmu  walau
berat. Mama akan merawat kedua adikmu, mama akan menjadi ibu yang jauh lebih baik dari
sebelumnya.
Bantu mama agar kuat nak, walau air mata penyesalan, kesedihan, kerinduan ingin memelukmu tak mampu mama bendung.
Rasa sesal tidak menjadi ibu yang sempurna begitu hebatnya mama rasakan hingga saat ini.
Semoga Alloh Sang Ilahi Robbi, memaafkan semua kesalahan mama padamu.
Mama sangat mencintaimu anakku..
Mama sangat merindukanmu..sahabatku..
Mama bangga padamu..guruku..
Mama akan kuat, demi janji mama padamu..syahidahku!
“Ketahuilah bahwa pertolongan menyertai kesabaran, sesungguhnya ada kelapang
bersama kesusahan dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”
****************************************************
Selasa, 15 Desember 2009
elona melo binti tomela arief
mama bagi Khonsaa’-Zainab-Tholhah
judul asli : Selamat Jalan Khonsaa’, Anak, Guru dan Sahabat Terbaik Mama..

Belum Haji Sudah Mabrur

Ini kisah tentang Yu Timah. Siapakah dia? Yu Timah adalah tetangga kami. Dia salah
seorang  penerima  program  Subsidi  Langsung  Tunai  (SLT)  yang  kini  sudah  berakhir.  Yu
Timah adalah penerima SLT yang sebenarnya. Maka rumahnya berlantai tanah, berdinding
anyaman bambu, tak punya sumur sendiri. Bahkan status tanah yang di tempati gubuk Yu
Timah adalah bukan milik sendiri.
Usia Yu Timah sekitar lima puluhan, berbadan kurus dan tidak menikah. Dia sebatang
kara.  Dulu  setelah  remaja  Yu  Timah  bekerja  sebagai  pembantu  rumah  tangga  di  Jakarta.
Namun,  seiring  usianya  yang  terus  meningkat,  tenaga  Yu  Timah  tidak  laku  di  pasaran
pembantu  rumah  tangga.  Dia  kembali  ke  kampung  kami.  Para  tetangga bergotong  royong
membuatkan gubuk buat Yu Timah bersama emaknya yang sudah sangat renta. Gubuk itu
didirikan  di  atas  tanah  tetangga  yang  bersedia  menampung  anak  dan  emak  yang  sangat
miskin itu.
Meski  hidupnya  sangat  miskin,  Yu  Timah  ingin  mandiri.  Maka  ia  berjualan  nasi
bungkus. Pembeli tetapnya adalah para santri  yang sedang mondok di pesantren kampung
kami. Tentu hasilnya tak seberapa. Tapi Yu Timah bertahan. Dan nyatanya dia bisa hidup
bertahun-tahun.
Kemarin Yu Timah datang ke rumah saya. Saya sudah mengira pasti dia mau bicara
soal  tabungan.  Inilah  hebatnya.  Semiskin  itu  Yu  Timah  masih  bisa  menabung  di  bank
perkreditan rakyat syariah di mana saya ikut jadi pengurus. Tapi Yu Timah tidak pernah mau
datang  ke  kantor.  Katanya,  malu  sebab  dia  orang  miskin  dan  buta  huruf.  Dia  menabung
Rp5.000 atau Rp10 ribu setiap bulan. Namun setelah menjadi penerima SLT Yu Timah bisa
setor tabungan hingga Rp 250 ribu. Dan Saldo terakhir Yu Timah adalah Rp 650 ribu.
Yu  Timah  biasa  duduk  menjauh  bila  berhadapan  dengan  saya.  Malah  maunya
bersimpuh di lantai, namun selalu saya cegah.
”Pak, saya mau mengambil tabungan,” kata Yu Timah dengan suaranya yang kecil.
”O, tentu bisa. Tapi ini hari Sabtu dan sudah sore. Bank kita sudah tutup. Bagaimana bila
Senin?”
”Senin juga tidak apa-apa. Saya tidak buru-buru.”
”Mau ambil berapa?” tanya saya.
”Enam ratus ribu, Pak.”
”Kok banyak sekali. Untuk apa, Yu?”
Yu Timah tidak segera menjawab. Menunduk, sambil tersenyum malu-malu. ”Saya
mau beli kambing kurban, Pak. Kalau enam ratus ribu saya tambahi dengan uang saya yang
di tangan, cukup untuk beli satu kambing.”
Saya tahu Yu Timah amat menunggu tanggapan saya. Bahkan dia mengulangi kata-
katanya karena saya masih diam. Karena lama tidak memberikan tanggapan, mungkin Yu
Timah mengira saya tidak akan memberikan uang tabungannya. Padahal saya lama terdiam
karena sangat terkesan oleh keinginan Yu Timah membeli kambing kurban.
”Iya, Yu. Senin besok uang Yu Timah akan diberikan sebesar enam ratus ribu. Tapi
Yu, sebenarnya kamu tidak wajib berkurban. Yu Timah bahkan wajib menerima kurban dari
saudara-saudara kita yang lebih berada. Jadi, apakah niat Yu Timah benar-benar sudah bulat
hendak membeli kambing kurban?”
”Iya Pak. Saya sudah bulat. Saya benar-benar ingin berkurban. Selama ini memang
saya hanya jadi penerima. Namun sekarang saya ingin jadi pemberi daging kurban.”
”Baik, Yu. Besok uang kamu akan saya ambilkan di bank kita.”
Wajah Yu Timah benderang. Senyumnya ceria. Matanya berbinar. Lalu minta diri,
dan  dengan  langkah-langkah  panjang  Yu  Timah  pulang.  Setelah  Yu  Timah  pergi,  saya
termangu  sendiri.  Kapankah  Yu  Timah  mendengar,  mengerti,  menghayati,  lalu
menginternalisasi  ajaran  kurban  yang  ditinggalkan  oleh  Kanjeng  Nabi  Ibrahim?  Mengapa
orang  yang  sangat  awam  itu  bisa  punya  keikhlasan  demikian  tinggi  sehingga  rela
mengurbankan hampir seluruh hartanya? Pertanyaan ini muncul karena umumnya ibadah haji
yang biayanya mahal itu tidak mengubah watak orangnya. Mungkin saya juga begitu.
Ah, Yu Timah, saya jadi malu. Kamu yang belum naik haji, atau tidak akan pernah naik haji,
namun kamu sudah jadi orang yang suka berkurban. Kamu sangat miskin, tapi uangmu tidak
kau  belikan  makanan,  televisi,  atau  pakaian  yang  bagus.  Uangmu  malah  kamu  belikan
kambing kurban. Ya, Yu Timah. Meski saya dilarang dokter makan daging kambing, tapi kali
ini  akan  saya  langgar.  Saya  ingin  menikmati  daging  kambingmu  yang  sepertinya  sudah
berbau surga. Mudah-mudahan kamu mabrur sebelum kamu naik haji. Oleh : Ahmad Tohari

Penantian Puluhan Tahun Seorang Gadis


“Semoga catatan ini bisa memberi hikmah bagi kita para Akhwat yang sampai
detik ini belum dipertemukan dengan jodohnya”

Sholat jum’at baru saja usai ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam
masjid bersama beberapa bapak yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud
menghampiri Pak Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus
dan  Pak  Daud  sudah  berteman  sejak  lama  semenjak  dipertemukan  dalam  satu
pengajian.“Gimana kabarnya Pak?”, sapa Pak Daud
“Alhamdulillah  baik.  Bapak  sendiri  gimana?”,  balas  Pak  Yunus
“Alhamdulillah..  (terdiam  sebentar).  Ngomong-ngomong,,  masih  sendirian  aja  nih  Pak?”,
Pak Daud melempar pertanyaan gurauan yang selama ini sering diajukannya.
Pak  Yunus  hanya  tersenyum  seperti  biasanya  jika  ditanya  hal  itu.
Semenjak istri Pak Yunus meninggal dunia beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hari-
harinya tanpa pendamping. Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah
satu  keputusan  untuk  tak  ingin  menikah  lagi.  Ketiga  anaknya  yang  telah  berkeluarga
membuat  Pak  Yunus  semakin  kesepian.  Ya,  sebagai  seorang  laki-laki,  terkadang  perasaan
membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus.
Banyak teman di sekitar Pak Yunus yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk Pak Daud.
1 Syawal 1430 H
“Hei,,  saudara-saudara,,  Tasya  mau  nikah  2011  nanti..”,  Mira,  menantu  Pak  Daud,
tiba-tiba berteriak di ruang tengah saat kumpul keluarga besar Pak Daud. Spontan, saudara-
saudara yang lain langsung bertanya ke yang bersangkutan, Tasya, anak bungsu Pak Daud.
“Bener Sya?”
“Bener ka Tasya?”
Tasya hanya menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dengan senyuman, sambil berkata:
“Itu hanya rencana pribadi. Belum tahu rencana ALLAH nantinya..”
Di sisi lain, Tante Yeni hanya terdiam, dan tersenyum yang cukup dipaksakan. Tante
Yeni adalah adik perempuan Pak Daud yang belum juga bersuami di usianya yang menjelang
kepala 5.
Tasya  menangkap  semburat  yang  tidak  mengenakkan  ketika  melihat  wajah  tante
Yeni.Tasya  sadar  dan  merasakan  apa  yang  tante  Yeni  rasakan:  keponakannya  sudah
merencanakan akan menikah,, sementara dirinya??. Mungkin hal itulah yang ada di pikiran
tante Yeni, pikir Tasya.
Tante Yeni memang belum menikah hingga saat ini, yang mungkin seharusnya sudah
saatnya mempunyai anak atau bahkan menimang cucu. Tapi, ya itulah jodoh. Tante Yeni bisa
dibilang belum menemukan jodohnya hingga saat ini.
Apakah karena masalah kecantikan? Ooohh,, tentu tidak! Tante  Yeni  cukup cantik
dengan kulit putihnya. Apakah karena agamanya? Oooohh,, jangan salah,, tante Yeni adalah
wanita yang sangat menjaga qiyamullail. Apakah karena hartanya? Ooohh,, tentu saja tante
Yeni cukup mandiri untuk menghidupi dirinya walaupun tanpa pekerjaan tetap, yang penting
tetap  berpenghasilan.  Apakah  karena  keturunannya?  Ooohh,,  tante  Yeni  adalah  keturunan
terhormat, dari bapak yang seorang kepala sekolah. Lantas,, apa yang membuatnya hingga
saat ini belum juga menikah??
Ya, itulah misteri jodoh. Kita tak kan pernah tahu kapan datangnya, dan kita takkan
pernah tahu dengan siapa kita berjodoh. Kita hanya bisa menanti, berusaha, berdo’a dan terus
memperbaiki diri.
Seperti jum’at biasanya, beberapa bapak masih berdzikir di dalam masjid usai sholat
jum’at, termasuk Pak Yunus dan Pak Daud. Pak Yunus menghampiri Pak Daud yang sedang
berada di pojok masjid.
“Assalamu’alaikum. Pak..”, sapa Pak Yunus sambil menjabat tangan Pak Daud.
“Wa’alaikumusalam..”, jawab Pak Daud hangat.
Pak  Yunus  menyampaikan  maksudnya;  ia  ingin  menikah  lagi  dan  ingin  mencoba
berkenalan dengan adik perempuan Pak Daud, tante Yeni.
Pak Daud dengan senang hati menerima tawaran itu dan mengabarkan hal ini kepada
adiknya, tante Yeni. Tante Yeni pun mengiyakan; hal ini yang tentunya sangat dinantikan
tante Yeni.
Pertemuan pertama pun sudah diatur oleh Pak Daud. Pak Daud menemani Pak Yunus
untuk berkunjung ke rumah orang tua Pak Daud, yang tak lain dan tak bukan adalah tempat
tinggal tante Yeni. Mereka berbincang dan berkenalan lebih dalam.
Pertemuan  demi  pertemuan  dilakukan.  Tak  ada  jalan  berdua,  selalu  ada  yang
menemani, layaknya ta’aruf pada umumnya. Hanya ada 4 kali pertemuan dan kedua belah
pihak  keluarga  juga  menyetujui,  termasuk  anak-anak  Pak  Yunus.  Akhirnya  khitbah  pun
dilangsungkan.
Keluarga besar Pak Daud telah berkumpul sejak pagi di rumah orang tua Pak Daud.
Hari ini akan ada ada pertemuan dua keluarga: keluarga Pak Yunus dan keluarga tante Yeni.
Di  sela-sela  persiapan  khitbah,  Tasya  menemani  tante  Yeni  di  kamarnya  dan
bermaksud  mendapatkan  cerita  yang  menarik  dari  proses  ini.  Proses  menuju  pernikahan
seorang gadis berumur 40-an dengan duda berumur 60-an, sungguh kisah yang unik.
“Gimana tante perasaannya?”, tanya Tasya to the point.
“Yaaaa,, gak nyangka aja. Padahal kamu yang udah ngerencanain nikah, sedangkan
tante gak punya rencana apa-apa. Tapi ternyata sekarang tante mau dilamar..”, jawab
tante Yeni sumringah.
“Ya,, gitu deh kalo udah rencana ALLAH. Aku juga itu baru rencana pribadi. Gak tau
deh ke depannya gimana. Mungkin bisa dipercepat atau diperlambat sama ALLAH
dari rencanaku.”, Tasya semakin bijak dalam kata-kata.
“Iya, padahal kan tante udah hampir 50 umurnya. Tapi ternyata emang baru saat ini
ALLAH memberikan jodoh itu. Nggak tau kenapa pas sama Pak Yunus, terasa dimudahin
banget prosesnya, cuma 4 kali ketemuan. Pas ketemuan 2 kali, dia sms kalo mantap dengan
pilihannya. Pas ketemu sama anak-anaknya, tante juga gak merasa takut, biasa aja. Ya, tante
mah  berdoa  aja  sama  ALLAH,  jika  memang  ini  yang  terbaik  maka  dekatkanlah  dan
mudahkanlah, dan jika memang bukan terbaik untukku, maka jauhkanlah dengan baik-baik.
Alhamdulillah,, proses itu dimudahkan dan hati tante pun mantap.”, cerita panjang tante Yeni
begitu membuat Tasya terperangah.
“Semoga  lancar  ya  Tan,,  ke  depannya..”,  Tasya  menguatkan  tante  Yeni,  sambil
bersiap menuju ruang keluarga karena sudah banyak yang menunggu.

Setelah khitbah, hari itu juga keluarga besar tante Yeni pun berkumpul untuk membicarakan
resepsi  pernikahan  yang  sungguh  unik  ini.  Mulai  dari  membuat  undangan,  kepanitiaan
sampai  pembagian  tugas.  Ya,  resepsi  pernikahan  yang  akan  dilangsungkan  tak  jauh  beda
dengan resepsi pernikahan pasangan muda pada umumnya.
Akad nikah  yang dilangsungkan beberapa hari setelah Hari Raya Idul Adha begitu
khidmat.  Undangan  para  anak  yatim  piatu  turut  merasakan  kebahagiaan  kedua  mempelai
pada resepsi pernikahan. Dan kini, doa tante Yeni terkabul sudah; menutup masa lajangnya.
Kisah ini terinspirasi dari kisah nyata tanteku. Ya, dalam masa penantian menemukan
jodohnya,  tak  sepatah  kata  pun  kudengar  dari  bibirnya  menyalahkan  takdir,  menyalahkan
ALLAH yang seolah tak berpihak padanya. Dalam masa penantian itu, dia sibukkan dirinya
dengan  ibadah  kepada  ALLAH  dan  kegiatan  sosial  di  lingkungannya.  Hingga  akhirnya,
selama penantian bertahun-tahun, puluhan tahun lamanya, teruji sudah kesabarannya, dan ia
pun mendapatkan jodoh yang insya ALLAH terbaik menurut ALLAH. Itulah misteri jodoh.
Kita tak kan pernah tahu kapan jodoh itu datang. Manusia hanya bisa berencana. Namun,
ALLAH-lah  yang  berkehendak  atas  semuanya.  Bisa  saja  jodoh  kita  datang  menjadi  lebih
cepat atau bahkan lebih lambat dari rencana kita sebelumnya.
Kita pun tak kan pernah tahu dengan siapa kita berjodoh. Entah itu dengan orang yang
sudah dekat dengan kita maupun orang jauh sekalipun yang tak pernah saling bertemu. Atau
bahkan  kita  tak  dipertemukan  dengan  jodoh  kita  di  dunia  ini,  tapi  di  syurga-NYA  nanti.
Allahu Akbar!
Saudaraku, yakinlah bahwa ALLAH telah menyiapkan skenario terbaik untuk
kita dalam masalah jodoh. Tak perlu khawatir. Karena ALLAH telah berkata dalam
Q.S An-Nahl:72

“Dan  Allah  telah  menjadikan  jodoh-jodoh  kamu  sekalian  dari  jenismu  sendiri,  lalu
menjadikan anak-anak dan cucu bagi kamu dari jodoh-jodohmu.”

Saudaraku, jangan pernah terbersit sedikitpun bahwa ALLAH tak adil karena
sampai saat ini jodoh belum juga menghampiri. Coba instrospeksi diri. Gunakan masa
penantian jodoh ini dengan terus berikhtiar, berdoa dan terus sibuk memperbaiki diri.
Bukankah kita menginginkan jodoh yang baik? Seperti yang dijanjikan-NYA dalam
Q.S An-nuur:26

“Wanita – wanita yang keji adalah untuk laki – laki yang keji dan laki – laki yang keji adalah
untuk wanita yang keji. Dan wanita – wanita yang baik adalah untuk laki – laki yang baik,
dan laki – laki yang baik adalah untuk wanita – wanita yang baik (pula).”

Teruntuk tanteku:
“Barakallahu Laka Wa Baraka ‘Alaika Wa Jama’a Bainakuma Fi Khair”